PERUBAHAN SOSIAL

PERUBAHAN SOSIAL

 

PERUBAHAN SOSIAL — Tidak satu pun revolusi di dunia ini yang tercipta di atas tempat tidur, kecuali bermimpi. Tidak satu pun revolusi di dunia ini yang tercipta hanya dengan duduk manis sambil berpangku tangan, kecuali melamun. Bahkan ada beberapa golongan yang menyebut namanya “kiri” setelah melempar kursi, sama seperti kalangan hipokritis nan heroik yang mencerminkan golongan “kanan” dan “tengah” yang kebiasaannya lempar kursi dari dalam gedung ber-AC. Sebutkan saja satu contoh bahwasanya revolusi diciptakan oleh Mahasiswa(i), kecuali tuntutan-tuntutan yang sifatnya oportunis dan reformis. Seolah-olah Indonesia membaik setelah Uang Kuliah Tunggal (UKT) berhasil dimenangkan oleh Mahasiswa(i). Bagaimana dengan kelompok lainnya, sebut saja Kaum Buruh, Tani, dan Miskin Kota? Kaum manapun tidak akan pernah memulai sesuatu—menuju perubahan sosial—tanpa dilandasi dengan persatuan, yakni kesamaan dalam ucapan dan perbuatan. Gagasan persatuan di Indonesia yang dikenal dengan kemajemukannya (Bhinneka Tunggal Ika), diibaratkan nasi yang setelah habis dimakan jadi tai, kurang lebih hampir sama dengan gagasan kemerdekaan menurut Wiji Thukul. Bahwa persatuan dan kemerdekaan begitu remeh-temeh karena mudah diimani akan tetapi sulit diamalkan., tersiar dalam sejarah panjang bahwa beberapa golongan didalamnya mustahil untuk disatukan dan mustahil untuk mengakui kemerdekaan lainnya.

 

Perubahan sosial yang artinya paham dan adat tua telah disingkirkan dan tatanan masyarakat telah dihapuskan. Setiap orang menghargai keberagaman bukan kepemilikan—bahkan bila itu perlu— selama ini yang memaksakan keseragaman ikut disingkirkan dan kepemilikannya ikut dihapuskan. Namun benar adanya bahkan setelah merdeka Indonesia sama sekali tidak berubah sekalipun telah melalui trilogi peperangan dari prakemerdekaan ke orde lama, dari orde lama ke orde baru, dan dari orde baru ke reformasi yang namanya kemiskinan dan korupsi seperti kausalitas yang tidak terpisahkan.  Mengapa demikian, Indonesia tidak pernah tiba pada perubahan sosial, sebab sosial perubahan tidak kunjung tercipta. Sejak orde lama, orde baru, hingga reformasi Indonesia hanya mengganti kekuasaan yang sebelumnya tidak pernah menyingkirkan paham dan adat tua dan menghapuskan tatanan masyarakat. Sehingga dalam pergantian kekuasaan tidak menjamin adanya pergantian sistem, melihat kemiskinan dan korupsi sebagai kausalitas yang tidak terpisahkan.  Namun jangan berkecil hati, sosial perubahan akan tiba ketika semua golongan tekun meneriakkan perubahan sosial.

 

“Ketika ada yang bertanya apakah syarat materiil sudah terpenuhi untuk melakukan pembangkangan sipil? Maka jawabannya adalah, Ya! Syarat materiil sudah terpenuhi untuk mewujudkan perubahan sosial dan sosial perubahan sekarang juga!”

 

-AB

  • Share:

ARTIKEL TERKAIT

350 COMMENTS

LEAVE A COMMENT