Dinamika kaderisasi mahasiswa: Menuju Indonesia Emas 2045, masih relevankah perkaderan militan?

            Mahasiswa dan kaderisasi adalah 2 hal tidak bisa dipisahkan, saat mahasiswa memulai langkahnya di perguruan tinggi pastinya akan dihadapkan dengan sebuah prosesi kaderisasi yang notabenenya hadir sebagai syarat wajib untuk masuk ke dalam lingkaran organisasi tertentu. Kaderisasi merupakan sebuah metode Pendidikan yang ditujukan sebagai wahana pengenalan kepada setiap individu terhadap suatu Lembaga, dan dengan adanya kehadiran kaderisasi prosesi pengenalan terkait bentuk dan tujuan suatu Lembaga dinilai dapat lebih efektif dan efisien dilakukan ketimbang dengan menggunakan cara-cara yang lain, yang malahan akan meribetkan segala organ, baik dari sisi pemangku Lembaga maupun dari sisi sebaliknya. Selain dari pada itu, kaderisasi juga ditujukan agar seseorang yang memiliki niatan bergabung ke dalam suatu kelembagaan diharapkan mampu untuk lebih paham dan khatam terhadap budaya dan dinamika yang berputar di dalam lingkungan baru (kelembagaan) yang nantinya akan menjadi tempat mereka meng upgrade setiap potensi yang ada di dalam diri mereka, baik potensi dalam bentuk pemikiran maupun potensi bakat.

Tetapi ada hal yang cukup keliru dan seharusnya perlu diluruskan, pandangan mayoritas mahasiswa yang berpikiran bahwa kaderisasi adalah sebuah aktifitas yang dilakukan hanya sampai di masa-masa awal memasuki Lembaga seperti penjelasan sebelumnya. Tetapi apakah dalam kurun waktu 2-3 hari sebagaimana perkaderan pada umumnya, mampu untuk merubah pola pikiran dan gerakan mahasiswa secara efektif?. Itulah sebabnya dikatakan bahwa “SETIAP NAFAS ADALAH PERKADERAN” karena pada dasarnya dan yang seharusnya kaderisasi akan terus berjalan sampai kapanpun, dalam artian prosesi perkaderan dari setiap insan tidak akan pernah terputus dalam rangka untuk merubah sebuah pola pikir maupun gerakan yang dianggap perlu untuk direnovasi sampai ia meninggal kelak.

Untuk sampai pada dimensi kaderisasi yang optimal dan bisa sampai pada pengharapan, mematangkan metode dan konsep menjadi hal yang paling krusial dikarenakan ketika hal tersebut tidak dimatangkan oleh sang actor dalam sebuah Lembaga, kemungkinan besar hal tersebut yang akan membinasakan niatan berlembaga para mahasiswa dan menghilangkan kuantitas mereka satu persatu. Ada beberapa metode dari kaderisasi menurut tujuannya, tetapi yang paling meresahkan adalah kaderisasi yang mengandung unsur kekerasan (bersifat militan). kaderisasi dengan menggunakan metode ini hanya berfokus kepada pembinaan terhadap perilaku (etika) dengan tujuan agar kader tunduk terhadap segala perintah dan arahan sang”pengader”, tapi mirisnya bahkan ada yang sampai tega melakukan sentuhan fisik (tindakan kekerasan) kepada kader dengan alasan agar pembinaan terhadap etika dan kekuatan fisik mereka lebih “sempurna”.

Tetapi perlu dipertanyakan, apakah metode kaderisasi militan di kalangan mahasiswa masih relevan untuk diterapkan di zaman konteporer? Perlu diingat bahwa setiap manusia seharusnya menghargai martabat dan hak asasi manusia lainnya, “Semua orang diciptakan Tuhan sama kedudukan dan derajatnya, maka tidak ada seseorang atau kelompokpun yang berhak menguasai orang lain dan membuatnya menderita karena alasan apapun”(Franz Magnis Suseno).. Perkaderan militan (bersifat militer) pada dasarnya merupakan budaya kaderisasi lama yang sudah tidak relevan diterapkan pada saat ini. Alasan bahwa budaya ini seharusnya tetap dijaga dengan tujuan untuk menjaga tradisi menunjukkan bahwa bobroknya pemikiran mereka yang  terus menghidupkan metode ini.

Diksi “kader manja” bukan seharusnya ditujukan kepada orang yang anti terhadap metode militan, tetapi lebih pantas disematkan kepada orang-orang yang masih menggunakan metode semacam ini yang menjadi bukti akan “kemalasan” mereka untuk mengeksplorasi pemikiran dan hanya mau meng”copy” metode usang peninggalan nenekmoyang. Dan pada akhirnya kader akan tunduk bukan karena beretika, tetapi mereka hanya akan merasa ketakutan dan ujung-ujungnya akan mematikan potensi yang ada di dalam diri setap kader karena tidak adanya keberanian untuk menunjukkan hal itu. Fenomena ini tentu sangat memprihatinkan bagi sistem akademisi Karena jika berkembang lebih jauh maka akan sangat mempengaruhi kualitas dari manusia yang dihasilkan institusi pendidikan.

Doktrin umum yang biasanya diberlakukan akan mengantarkan kita pada pahaman bahwa mahasiswa adalah kaum yang menolak segala bentuk penindasan di negeri ini. Atas pahaman ini, apakah lantas mengisyaratkan bahwa tidak ada lagi penindasan dalam lingkaran mahasiswa? Perlu disadari bahwa Mahasiswa merupakan sosok harapan bangsa yang mempunyai tanggung jawab besar, bukan hanya pada dirinya tetapi juga bertanggungjawab kepada Masyarakat. Sudah seharusnya kaderisasi mahasiswa lebih mengarah kepada peningkatan intelektual guna mampu untuk menyadari bahwa masih banyak ketidakadilan, penindasan, perampasan yang terjadi ditengah-tengah Masyarakat dan seharusnya mereka yang hadir untuk memberikan Solusi terhadap segala permasalahan yang ada. Bukan malahan mereka dicekoki untuk tunduk terhadap hal-hal yang sebenarnya sedang menjajah diri mereka. hal yang seharusnya paling pertama dilakukan adalah memastikan tidak ada lagi unsur penindasan yang menyusup di lingkaran penyambung lidah rakyat sebelum melangkah ke arah yang lebih luas untuk mengkritiki segala bentuk penindasan di lingkaran negara,

Refleksilah, Kehidupan sudah tidak lagi bersaing diwilayah kekuatan fisik tetapi sudah harus bersaing secara kecerdasan untuk tetap eksis di kehidupan seperti saat ini. Hilangkanlah metode usang yang hanya akan merugikan kader dan bahkan lembaga itu sendiri, Sudah saatnya kader dibentuk dengan pendekatan dialogis dan pastisipatif bukan lagi bersifat teknokratis dan paternalistik. Sudahi merawat segala jenis kekerasan di dalam sebuah pengaderan, mari berfokus pada motode yang sifatnya mampu mengupgrade pemikiran para kader, agar mampu memahami segala bentuk ketimpangan sosial yang terjadi di dalam lingkungan masyarakat. sekian

HIDUP MAHASISWA!!!

ARTIKEL TERKAIT

0 COMMENTS

LEAVE A COMMENT